Cancel Culture

Cancel culture adalah sebuah fenomena yang kuat dalam era digital. Cancel culture adalah istilah yang merujuk pada fenomena di mana seseorang atau kelompok dihentikan dukungannya oleh publik karena dianggap melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima secara sosial, moral, atau etika. Bentuk “pembatalan” ini biasanya dilakukan melalui media sosial dengan cara memboikot, mengecam, atau mengabaikan individu atau institusi tertentu.
Cancel culture sering dikaitkan dengan tuntutan keadilan sosial dan akuntabilitas, terutama terhadap tokoh publik seperti selebritas, politisi, atau influencer. Namun, ada juga kritik bahwa budaya ini bisa menjadi bentuk hukuman sosial yang berlebihan tanpa memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan.
Contoh Cancel Culture
1. Kasus Selebriti yang Dianggap Rasis
Beberapa selebritas pernah ditolak/ dibatalkan oleh publik karena komentar atau tindakan yang dianggap rasis, baik di masa lalu maupun saat ini. Misalnya, ada aktor atau penyanyi yang kehilangan kontrak kerja setelah cuitan lama mereka yang bernada diskriminatif viral kembali di media sosial.
2. Merek atau Perusahaan yang Tidak Etis
Perusahaan atau merek tertentu juga bisa terkena cancel culture jika diketahui melakukan praktik tidak etis. Misalnya, sebuah brand fashion besar diboikot karena ketahuan menggunakan tenaga kerja anak-anak atau bahan yang tidak ramah lingkungan.
3. Influencer yang Melakukan Pelanggaran
Banyak influencer media sosial yang mengalami penolakan/pembatalan setelah ketahuan berbohong, mempromosikan produk berbahaya, atau melakukan tindakan yang dianggap tidak pantas oleh pengikutnya. Contohnya, ada YouTuber terkenal yang kehilangan sponsor setelah videonya yang mengejek budaya tertentu menuai kecaman.
4. Film atau Acara TV yang Dikritik
Sebuah film atau acara TV bisa dibatalkan untuk tayang atau dijauhi/masuk ke blacklist publik jika dinilai mengandung unsur seksisme, rasisme, atau stereotip yang berbahaya. Kadang, hal ini memicu perusahaan produksi untuk menarik konten tersebut atau meminta maaf secara resmi.
5. Politisi atau Tokoh Publik
Cancel culture juga terjadi di dunia politik. Seorang politisi dapat kehilangan dukungan publik jika pernyataannya dianggap ofensif atau kebijakan yang dibuatnya menuai kontroversi.