Sejarah Pembelajaran Bahasa Inggris dalam Kurikulum Indonesia
Tabel berikut ini merangkum sejarah pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga saat ini.
Kurikulum
|
Level |
|
|
Materi |
||
Kurikulum 1947 (Rencana Pelajaran 1947)
|
SMP SMA |
Top-down |
Materi Bahasa Inggris ditentukan oleh pemerintah, dan guru hanya mengikuti pedoman yang ada. |
Fokus pada tata bahasa dan kosakata dasar. Pengajaran masih berpusat pada pola kalimat dan hafalan. |
||
Kurikulum 1952 |
SMP SMA |
Top-down |
Pemerintah menentukan materi pelajaran dan silabus untuk diajarkan kepada siswa di SMP dan SMA.
|
Fokus pada tata bahasa, kosakata, dan pola kalimat. Teks terjemahan dan latihan struktur kalimat.
|
||
Kurikulum 1964 |
SMP SMA |
Top-down |
Pengajaran materi Bahasa Inggris ditentukan oleh pemerintah, dengan sedikit kebebasan bagi guru dalam menyesuaikan metode.
|
Fokus pada tata bahasa, berbicara, mendengar, dan penerjemahan teks.
|
||
Kurikulum 1968 |
SMP SMA |
Top-down |
Materi pelajaran ditentukan oleh pemerintah pusat, dan guru harus mengikuti pedoman yang telah ditetapkan dalam kurikulum tersebut.
|
Keterampilan membaca dan tata bahasa menjadi prioritas. Metode pengajaran menggunakan pendekatan struktural.
|
||
Kurikulum 1975 |
SMP SMA |
Top-down |
Materi sudah lebih terstruktur, pemerintah menetapkan materi yang harus diajarkan, meskipun guru bisa menyesuaikan pendekatan.
|
Menggunakan metode audio-lingual yang fokus pada penghafalan pola kalimat dan dialog.
|
||
Kurikulum 1984 (Cara Belajar Siswa Aktif - CBSA)
|
SD (kelas 4-6) SMP SMA |
Top-down dengan pengaruh bottom-up |
Pengajaran lebih berbasis kompetensi, tetapi guru diberikan kebebasan dalam memilih cara pengajaran yang lebih aktif.
|
Pendekatan komunikatif yang menekankan pada keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. |
||
Kurikulum 1994 |
SD (kelas 4 ke atas) SMP SMA
|
Top-down |
Kompetensi dasar dan silabus ditentukan pemerintah, namun guru memiliki ruang untuk memilih materi yang sesuai.
|
Fokus pada komunikasi, pemahaman budaya, dan tata bahasa melalui teks cerita dan dialog. |
||
Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi - KBK)
|
SD SMP SMA/SMK |
Top-down |
Pemerintah menetapkan kompetensi dan materi ajar yang harus diajarkan, tetapi memberi ruang bagi guru untuk menyesuaikan bahan ajar.
|
Mengembangkan keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis dengan pendekatan berbasis kompetensi. |
||
Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan - KTSP)
|
SD SMP SMA/SMK |
Bottom-up |
Sekolah diberikan kebebasan lebih besar untuk mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan konteks lokal dan kebutuhan siswa.
|
Materi disesuaikan dengan kebutuhan lokal, meliputi percakapan, teks deskripsi, berita, dan lainnya. Pendekatan komunikatif. |
||
Kurikulum 2013 (K-13) |
SD (kelas 4 ke atas) SMP SMA/SMK
|
Top-down |
Pemerintah menetapkan standar dan materi ajar, tetapi guru diberi ruang untuk menyesuaikan pendekatan pengajaran.
|
Pendekatan berbasis tematik-integratif, berfokus pada keterampilan literasi, berpikir kritis, dan komunikasi. |
||
Kurikulum Merdeka (2022-sekarang) |
SD SMP SMA/SMK |
Bottom-up |
Guru diberikan kebebasan lebih besar dalam merancang materi ajar sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, namun tetap mengikuti tujuan dan kerangka yang ditetapkan pemerintah.
|
Materi yang fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan siswa, fokus pada keterampilan abad 21 melalui pembelajaran berbasis proyek.
|
Pengecualian
Secara umum, semua kurikulum yang diterapkan sejak Kemerdekaan mengajarkan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di tingkat SMP dan SMA. Namun, terdapat beberapa pengecualian sebagai berikut:
1. Kurikulum 1947 (Rencana Pelajaran 1947):
Bahasa Inggris belum diajarkan secara luas di tingkat SD atau sebagian SMP. Pengajaran lebih terbatas pada sekolah-sekolah tertentu yang memiliki fokus pada pendidikan tinggi.
2. Kurikulum 1968:
Pengajaran Bahasa Inggris dimulai di tingkat SMP dan SMA, sementara di SD belum diajarkan secara umum.
3. Kurikulum 1975 dan sebelumnya:
Meskipun Bahasa Inggris diperkenalkan di tingkat SMP dan SMA, pengajaran di tingkat SD masih belum seragam di seluruh Indonesia.
4. Kurikulum 1984 (CBSA) hingga kurikulum yang lebih baru, Bahasa Inggris diajarkan mulai dari tingkat SD (kelas 4 ke atas) dengan penekanan pada keterampilan dasar berbahasa, kecuali di beberapa daerah terpencil yang mungkin tidak menerapkan mata pelajaran ini secara sama rata.