Domain Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
![](https://statik.unesa.ac.id/s1pbing/thumbnail/21086b40-96b4-4832-8878-12845ee5bfcc.jpg)
Dalam proses pembelajaran, tiga domain utama yang digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemampuan siswa adalah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga domain ini berperan penting dalam pembelajaran bahasa Inggris, terutama jika disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.
Konsep tiga domain ini
pertama kali dicetuskan oleh Benjamin Bloom dan dikenal sebagai Taxonomy
of Educational Objectives (1956). Sementara itu, konsep tahap
perkembangan anak didasarkan pada teori perkembangan yang dikemukakan oleh Jean
Piaget (1896-1980).
Berikut penjelasan tentang
ketiga domain tadi beserta penerapannya dalam pembelajaran bahasa Inggris.
1. Domain Kognitif
Domain kognitif berkaitan dengan kemampuan
berpikir, memahami, dan memecahkan masalah. Domain ini melibatkan proses mental
seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Contoh dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris:
a.
Anak Usia Dini (4-6 tahun)
Pada tahap ini, anak-anak masih dalam tahap
awal memahami bahasa Inggris. Guru dapat mengajarkan kosakata dasar seperti
nama hewan, angka, dan warna menggunakan flashcards atau lagu.
Contoh: “What color is this? This is red.”
b.
Anak Sekolah Dasar (7-11 tahun)
Anak mulai mampu memahami struktur kalimat
sederhana. Guru dapat memberikan latihan menyusun kalimat dengan subjek,
predikat, dan objek.
Contoh: “The cat is sleeping.”
c.
Remaja (12-18 tahun)
Di tahap ini, siswa dapat berpikir lebih
kompleks, seperti membuat analisis teks atau menulis esai pendek.
Contoh:
Membaca cerita pendek dalam bahasa Inggris
dan menjawab pertanyaan analisis, seperti “Why do you think the character
made that decision?”
d.
Mahasiswa (18+ tahun)
Pada tahap ini, pembelajaran berfokus pada pemikiran
kritis, penelitian, dan argumentasi dalam bahasa Inggris.
Contoh:
Menulis jurnal akademik atau melakukan
presentasi dengan topik “The Impact of Technology on Language Learning.”
e.
Dewasa
Orang dewasa cenderung mempelajari bahasa
Inggris untuk tujuan profesional atau praktis.
Contoh:
Mengikuti kursus bahasa Inggris bisnis dan
membuat laporan dalam bahasa Inggris, “This quarterly report highlights the
company's growth in revenue.”
2. Domain Afektif
Domain afektif mencakup sikap, perasaan,
motivasi, dan apresiasi terhadap pembelajaran. Pembelajaran afektif berfokus
pada bagaimana siswa merespons secara emosional terhadap pembelajaran.
Contoh dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris:
a.
Anak Usia Dini (4-6 tahun)
Guru menanamkan rasa senang belajar bahasa
Inggris melalui lagu, permainan, atau cerita bergambar.
Contoh:
Mengajarkan lagu “Twinkle, Twinkle, Little
Star” sambil anak-anak bernyanyi dan bergerak.
b.
Anak Sekolah Dasar (7-11 tahun)
Guru mendorong keberanian anak berbicara
dalam bahasa Inggris tanpa takut salah.
Contoh:
Memberikan apresiasi ketika anak berani
memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris, “Hello, my name is Siti. I am 9
years old.”
c.
Remaja (12-18 tahun)
Guru dapat membangun motivasi intrinsik siswa
dengan mengaitkan pembelajaran bahasa Inggris ke konteks nyata, seperti musik
atau film.
Contoh:
Mendiskusikan lirik lagu populer dalam bahasa
Inggris dan bagaimana perasaan siswa terhadap lagu tersebut.
d.
Mahasiswa (18+ tahun)
Mahasiswa sering diberi kebebasan untuk
menyatakan pendapat dalam bahasa Inggris.
Contoh:
Diskusi kelompok dengan topik global seperti “How
does climate change affect our future?”
e.
Dewasa
Pembelajaran bahasa Inggris pada orang dewasa
berfokus pada membangun rasa percaya diri dalam komunikasi profesional.
Contoh:
Berlatih berbicara dalam pertemuan bisnis, “I
propose we move forward with this project timeline.”
3. Domain Psikomotor
Domain psikomotor berhubungan dengan
keterampilan fisik atau motorik yang melibatkan koordinasi tubuh dan praktik
langsung dalam pembelajaran.
Contoh dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris:
a.
Anak Usia Dini (4-6 tahun)
Guru mengajarkan bahasa Inggris melalui
kegiatan fisik sederhana seperti gerakan.
Contoh:
Bermain permainan Simon Says
“Simon says touch your head.”
b.
Anak Sekolah Dasar (7-11 tahun)
Guru mengkombinasikan keterampilan bahasa
Inggris dengan kegiatan kreatif seperti menggambar atau membuat kerajinan.
Contoh:
Siswa membuat kartu ucapan dalam bahasa
Inggris, “Happy Birthday, Mom!”
c.
Remaja (12-18 tahun)
Di tahap ini, siswa dapat melakukan
presentasi atau drama sederhana dalam bahasa Inggris.
Contoh:
Siswa berlatih berbicara dengan
mempresentasikan topik seperti “My Favorite Hobby” di depan kelas.
d.
Mahasiswa (18+ tahun)
Mahasiswa berlatih keterampilan praktis
seperti debat atau simulasi pekerjaan.
Contoh:
Simulasi wawancara kerja dalam bahasa
Inggris, “Tell me about your strengths and weaknesses.”
e.
Dewasa
Orang dewasa mempraktikkan bahasa Inggris
melalui kegiatan nyata, seperti pelatihan keterampilan profesional.
Contoh:
Melakukan presentasi proyek di kantor atau
memandu tur dalam bahasa Inggris, “Welcome to our facility. Let me show you
around.”
Pemahaman tentang domain
kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pembelajaran bahasa Inggris sangat
penting untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Guru harus mampu merancang pembelajaran yang seimbang, di mana aspek berpikir,
sikap, dan keterampilan fisik dilatih bersama-sama agar anak dapat mencapai
kompetensi bahasa Inggris yang optimal. Dengan pendekatan yang tepat,
pembelajaran bahasa Inggris dapat menjadi proses yang menyenangkan, bermanfaat,
dan berkesan.